Monday, November 22, 2010

Hakikat Komunikasi

Pengertian Komunikasi
Pengertian komunikasi harus ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu komunikasi dalam penegrtian secara umum dan pengertian secara paradigmatik.
a. Pengertian komunikasi secara umum
Komunikasi adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial ( social relation). Masyarakat paling sedikit terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu sama lain yang karena berhubungan menimbulkan interkasi sosial (social interaction). Terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. Komunikasi dalam pengertian umum dapat dilihat dari dua segi :
1) Pengertian komunikasi secara etomologis
Secara etimologis atau asal katanya, komunikasi berasalh dari bahasa latin cummonication, yang bersumber pada communis. Arti komunis disini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenal suatu hal.
2) Pengertian komunikasi secara terminologis
Secara terminologis komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan oleh seorang kepada orang lain. Jadi yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Jadi komunikasi yang dimaksudkan disini adalah komunikasi manusia (human communication) yang sering disebut komunikasi sosial atau komunikasi kemasyarakatan karena hanya pada manusia-manusia yang bermasyarakat terjadi komunikasi. Dari pengertian diatas komunikasi yang tidak termasuk yaitu komunikasi hewan, komunikasi transendetal dan komunikasi fisik.
b. Pengertian komunikasi secara paradigmatik
Seperti yang dijelaskan diatas komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain sebagai konsekunsi dari hubungan sosial. Dalam pengertian paradigmatic komunikasi mengandung tujuan tertentu ; ada yang secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media baik media seperti surat kabar, radio, televisi, film atau media non massa misalnya surat kabar, telepon, papan pengumuman, poster, spanduk dan sebagainya.
Jadi komunikasi dalam pengertian paradigmatic bersifat intensional mengandung tujuan, karena itu harus dilakukan dengan perencanaan.
Mengenai pengertian komunikasi secara paradigmatic banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli, tetapi dari sekian banyak definisi ini dapat disimpulkan secara lengkap dengan menampilkan maknanya yang hakiki, yaitu :
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau prilaku secara langsung maupun tidak langsung melalui media. Dalam definisi itu tersimpul tujuan, yakni memberi tahu atau mengubah, sikap, pendapat atau perilaku.
Jadi ditinjau dari segi penyampaian pernyataan, komunikasi yang bertujuan bersifat informative dan persuasive. Komunikasi persuasive lebih sulit dari pada komunikasi informative karena memang tidak mudah untuk mengubah sikap, pendapat, atau prilaku seseorang atau sejumlah orang.
2.2 Proses Komunikasi
Dari pengertian komunikasi yang telah diuraikan, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Dalam “bahasa komunikasi” komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut :
· Komunikator : orang yang menyampaikan pesan;
· Pesan : pernyataan yang didukung oleh lambasng;
· Komunikan : orang yang menerima pesan;
· Media : sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh
tempatnya atau banyak jumlahnya;
· Efek : dampak sebagai pengaruh dari pesan.
Teknik berkomunikasi adalah cara atau “seni” penyampaian suatu pesan yang dilakukan seorang komunikator sedemikian rupa, sehingga menimbulkan dampak tertentu pada komunikan. Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai paduan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, imbauan, anjuran dan sebagainya.
Pernyataan tersebut dibawakan oleh lambang, umumnya bahasa. Dikatakan umumnya bahasa yang digunakan untuk menyalurkan pernyataan itu, sebab ada juga lambang lain yang dipergunakan antara lain : kial > yakni gerakan anggota tubuh > gambar, warna dan sebagainya. Melambaikan tangan, mengedipkan mata, mencibirkan bibir, atau menganggukkan kepala adalah kial yang merupakan lambang untuk menunjukkan perasaan atau pikiran seseorang. Gambar, apakah itu foto, lukisan, sketsa, karikatur, diagram, grafik , atau lain - lainnya adalah lambang yang biasa digunakan untuk menyampaikan pernyataan seseorang. Begitu pula dengan warna, seperti pada lampu lalulintas, merah berarti berhenti, kuning berarti siap, dan hijau berarti berjalan; kesemuanya itu merupakan lambang yang dipergunakan oleh polisi lalu lintas untuk menyampaikan instruksi kepada para pemakai jalan. Diantara sekian banyak lambang yang biasa digunakan dalam komunikasi adalah bahasa, sebab bahasa dapat menunjukkan pernyataan seseorang mengenai hal - hal, selain yang kongkret, juga yang abstrak, baik yang terjadi saat sekarang maupun waktu yang lalu dan masa yang akan datang. Tidak demikian kemampuan lambang - lambang lainnya.
Yang penting dalam komunikasi adalah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak dan efek tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yakni :
a. Dampak kognitif,
b. Dampak afektif,
c. Dampak behavioral
Dampak kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. Di sini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan lain perkataan, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran dari komunikan.
Dampak afektif lebih tinggi kadarnya daripada dampak kognitif. Disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya; menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya.
Yang paling tinggi kadarnya adalah dampak behavioral, yakni dampak yang timbul pada komunikan dakam bentuk perilaku, kegiatan atau tindakan.
a. Proses Komunikasi Tatap Muka
Dikatakan komunikasi tatap muka karena ketika komunikasi berlangsung, komunikator dan komunikan saling berhadapan sambil saling melihat. Dalam situasi komunikator seperti ini, komunikator dapat melihat dan mengkaji diri si komunikan secara langsung. Karena itu, komunikasi tatap muka sering kali disebut juga komunikasi langsung (direct communication). Komunikator dapat mengetahui efek komunikasinya pada saat itu juga. Tanggapan/ respons komunikan itu tersalurkan langsung kepada komunikator. Oleh sebab itu pula sering dikatakan bahwa dalam komunikasi tatap muka arus balik atau umpan balik (feedback) terjadi secara langsung. Arus balik atau umpan balik adalah tanggapan komunikan yang tersalurkan kepada komunikator. Dengan kata lain, komunikator mengetahui tanggapan komunikan terhadap pesan yang disampaikan kepadanya. Tidak selalu tanggapan menjadi arus balik. Situasi seperti ini sering kali terjadi pada komunikasi bermedia; komunikasi memberikan tanggapan, tetapi tanggapannya itu belum tentu diketahui komunikator karena tidak tersalurkan kepadanya.
Pada komunikasi tatap muka komunikator tidak mungkin tidak mengetahui tanggapan komunikannya itu karena ia melihat diri komunikan seutuhnya. Bahkan komunikan yang berdiam diri ketika komunikasi itu berlangsung, bagi komunikator merupakan arus balik.
Berdasarkan jumlah komunikan yang dihadapi komunikator, komunikasi tatap muka diklasifikasikan menjadi dua jenis; komunikasi antar persona dan komunikasi kelompok.
1. Komunikasi antarpesona
Komunikasi antar pesona (interpersonal communication) adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis, berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung. Komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga, pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator mengetahui pasti apakah komunikasinya itu positif atau negatif, berhasil atau tidak. Jika tidak, ia dapat meyakinkan komunikan ketika itu juga karena Ia dapat member kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.
Pentingnya situsi komunikasi antarpesona seperi itu bagi komunikator ialah karena ia dapat mengetahui diri komunikan selengkap-lengkapnya. Ia dapat mengetahui namanya, pekerjaannya, dan sebagainya, yang penting artinya untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilakunya. Dengan demikian komunikator dapat mengarahkan ke suatu tujuan sebagaimana ia inginkan.
2. Komunikasi kelompok
Komunikasi kelompok (group communication) termasuk komunikasi tatap muka karena komunikator dan komunikan berada dalam situasi saling berhadapan dan saling melihat.
Sama dengan komunikasi antarpesona, komunikasi kelompok pun menimbulkan arus balik lansung. Komunikator mengetahui tanggapan komunikan pada saat sedang berkomunikasi sehingga, apabila disadari bahwa komunikasinya kurang atau tidak berhasil, ia dapat segera mengubah gayanya.
Komunikasi kelompok adalah Karena jumlah komunikan itu menimbulkan konsekuensi, jenis ini diklasifikasikan menjadi komunikasi kelompok kecil dan komunikasi kelompok besar. Dasar pengklasifikasiannya bukan jumlah yang dihitung secara matematis, melainkan kesempatan komunikan dalam menyampaikan tanggapannya.
a. Komunikasi kelompok kecil
Suatu situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok kecil (small group communication) apabila situasi komunikasi seperti itu dapat diubah menjadi komunikasi antarpesona dengan setiap komunikan. Dengan kata lain, antara komunikator dengan setiap komunikan dapat terjadi dialog atau tanya jawab. Dibandingkan denhan komunikasi antarpesona, komunikasi kelompok kecil kurang efektif dalam mengubah sikap, pendapat, dan perilaku komunikan, karena diri tiap komunikan tidak mungkin dikuasi seperti halnya pada komunikan komunikasi antarpesona.
Dibandingkan dengan komunikasi kelompok besar, komunikasi kelompok kecil lebih bersifat rasional. Ketika menerima suatu pesan dari komunikator, komunikan menanggapinya dengan lebih banyak menggunakan pikiran daripada perasaan. Mereka sempat bertanya kepada dirinya, benar-tidaknya apa-apa yang diucapkan komunikator kepadanya itu. Dalam situasi komunikasi seperti itu pesan komunikator harus mengarahkan pesannya kepada rasio komunikan, bukan kepada emosinya.
b. Komunikasi kelompok besar
Suatu situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok besar (large group communication) jika antara komunikator dan komunikan sukar terjadi komunikasi antar pesona. Kecil kemungkinan untuk terjadi dialog seperti halnya pada komunikasi kelompok kecil.
Pada situasi komunikasi seperti itu para komunikan menerima pesan yang disampaikan komunikator lebih bersifat emosional. Lebih-lebih jika komunikan heterogen, beragam dalam usia, pekerjaan, tingkat pendidikan, agama, pengalaman, dan sebagainya. Dalam situasi komunikasi dengan komunikan yang beragam seperti itu biasanya terjadi apa yang lazim disebut contagion mentale, suatu wabah mental. Jiak seorang bertepuk tangan, segera diikuti yang lainnya secara serempak dan serentak. Jika misalnya orang berteriak, “hidup Pancasila!!!”, segera diikuti pula secara serempak dan serentak. Siapa pun juga, termasuk mereka yang termasuk intelektual, tidak akan sempat berpikir dan menilai benar-tidaknya apa yang diucapkan si komunikator, tetapi akan terbawa arus wabah mental tadi, dan menjadi ikut-ikutan bertepuk tangan atau berteriak.
Dalam situasi komunikasi seperti itu komunikator hanya mengarahkan pesannya kepada hati komunikan, bukan kepada benaknya, harus membangkitkan emosi, bukan rasionya, yang serba mengundang harapan.
Demikian beberapa hal mengenai komunikasi tatap muka yang sifatnya dua arah timbale balik (two way reciprocal communication) dan menimbulkan arus balik seketika. Seperti dikatakan tadi, komunikasi jenis ini sangat ampuh untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku komunikan, karena dengan mengetahui reaksi komunikan pada saat komunikasi sedang dilancarkan, komunikator dapat mengatur komunikasi sehingga berhasil sebagaimana diharapkan.
b. Proses Komunikasi Bermedia
Komunikasi bermedia (mediated communication) adalah komunikasi yang menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang jauh tempatnya, dan atau banyak jumlahnya.
Komunikasi bermedia disebut juga komunikasi tak langsung ( indirect communication), dan sebagai konsekuensinya arus balik pun tidak terjadi pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator tidak mengetahui tanggapan komunikan pada saat ia berkomunikasi. Oleh sebab itu, dalam melencarkan komunikasi dengan menggunakan media, komunikator harus lebih matang dalam perencanaan dan persiapannya sehingga ia harus memperhitungkan berbagai faktor. Ia harus mengetahui sifat-sifat komunikan yang akan dituju dan memahami sifat-sifat media yang akan digunakan. Komunikan yang dituju dengan menggunakan media bisa hanya seorang saja, dapat juga sekelompok kecil orang, bisa juga sejumlah orang yang sangat banyak. Berdasarkan banyaknya komunikan yang dijadikan sasaran diklasifikasikan menjadi media massa dan media nirmassa.
1. Komunikasi bermedia massa
Media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikan berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar, radio, televisi dan film bioskop, yang beroperasi dalam didang informasi, edukasi, dan rekreasi atau dalam istilah lain: penerangan, pendidikan, dan hiburan. Surat kabar misalnya, menyiarkan informasi dalam bentuk berita dan iklan, edukasi dalam bentuk artikel dan tajuk rencana; rekreasi dalam bentuk cerita bersambung, cerita pendek, teka-teki silang dan sebagainya. Demikian juga radio, televisi, dan fil bioskop.
Setiap anggota masyarakat dapat menggunakan media massa untuk berbagai keperluan, misalnya memasang iklan untuk menginformasikan sesuatu, mengirim artikel yang bersifat edukatif, atau mengirim cerita pendek, cerita bersambung dan tekateki silang yang mengandung segi kreatif pada surat kabar. Dapat mengisi acara radio dan televisi dengan pidato penerangan, pendidikan atau kesenian yang bersifat hiburan. Juga dapat memasang slide iklan atau pengumuman di bioskop-bioskop.
Keuntungan komunikasi dengan menggunakan media massa ialah, bahwa media massa menimbulkan keserempakan (simultaneity) artinya; suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang jumlahnya relatif amat banyak, ratusan ribu, jutaan, bahkan ratusan jutaan pada saat yang sama dengan bersama-sama. Daya keserempakan juga dimiliki surat kabar, radio dan film bioskop.
Jadi untuk menyebarkan informasi, media massa sangat efektif, tidak demikian untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku komunikan.
2. Komunikasi bermedia nirmassa
Media nirmassa umumnya digunakan dalam komunikasi untuk orang-orang tertentu atau kelompok-kelompok tertentu. Surat, telpon, telegram, telex, papan pengumuman, poster, spanduk, pamphlet, brosur, folder, radio CB atau radio amatiran,CCTV, film documenter, kaset video, kaset audio, dan lain-lain adalah media nirmassa karena tidak memiliki daya keserempakan dan komunikannya tidak bersifat missal. Media nirmassa juga cukup efektif seperti berkomunikasi menggunakan surat cukup efektif untuk menyampaikan sesuatu untuk orang yang bertempat tinggal jauh. Berkomunikasi dengan menggunakan telepon juga efektif untuk meyakinkan sesuatu pada seseorang yang bertempat tinggal jauh. Demikian juga media nirmassa lainnya memiliki keampuhan masing-masing untuk hal-hal tertentu dan kelompok-kelompok tertentu.
2.3 Konteks - konteks Komunikasi
Komunikasi tidak berlangsung dalam suatu ruang hampa-sosial, melainkan dalam suatu konteks atau situasi tertentu. Secara luas konteks di sini berarti semua faktor di luar orang-orang yang berkomunikasi, yang terdiri dari: pertama, aspek bersifat fisik seperti iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding, penataan tempat duduk, jumlah peserta komunikasi, dan alat yang tersedia untuk menyampaikan pesan; kedua, aspek psikologis, seperti: sikap, kecenderungan, prasangka, dan emosi para peserta komunikasi; ketiga, aspek sosial, seperti: norma kelompok, nilai sosial, dan karakteristik budaya; dan keempat, aspek waktu, yakni kapan berkomunikasi (hari apa, jam berapa, pagi, siang, sore, malam).
Banyak pakar komunikasi mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya. Sebagaimana juga definisi komunikasi, konteks komunikasi ini diuraikan secara berlainan. Istilah-istilah lain juga digunakan untuk merujuk kepada konteks ini. Selain istilah konteks (context) yang lazim, juga digunakan istilah tingkat (level), bentuk (type), situasi (situation), keadaan (setting), arena, jenis (kind), cara (mode), dan pertemuan (encounter).
Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya atau tingkatnya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Maka dikenallah: komunikasi intrapribadi, komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok (kecil), komunikasi publik, komunikasi organisasi, dan komunikasi massa.
a. Komunikasi intrapribadi
Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) adalah komunikasi dengan diri-sendiri, baik kita sadari atau tidak. Contohnya berpikir. Komunikasi ini merupakan landasan komunikasi antarpribadi dan komunikasi dalam konteks-konteks lainnya. Dengan kata lain, komunikasi intrapribadi ini inheren dalam komunikasi dua-orang, tiga-orang, dan seterusnya, karena sebelum berkomunikasi dengan orang lain kita biasanya berkomunikasi dengan diri-sendiri (mempersepsi dan memastikan makna pesan orang lain), hanya saja caranya sering tidak disadari. Keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain bergantung pada keefektifan komunikasi kita dengan diri-sendiri.
b. Komunikasi antarpribadi
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal. Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik (dyadic communication) yang melibatkan hanya dua orang, seperti suami-istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid, dan sebagainya. Ciri-ciri komunikasi diadik adalah: pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat; pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal ataupun nonverbal. Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab para peserta komunikasi. Kedekatak hubungan pihak-pihak yang berkomunikasi akan tercermin pada jenis-jenis pesan atau respons nonverbal mereka, seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik yang sangat dekat. Meskipun setiap orang dalam komunikasi antarpribadi bebas mengubah topik pembicaraan, kenyataannya komunikasi antarpribadi bisa saja didominasi oleh suatu pihak. Misalnya, komunikasi suami-istri didominasi oleh suami, komunikasi dosen-mahasiswa oleh dosen, dan komunikasi atasan-bawahan oleh atasan.
Kita biasanya menganggap pendengaran dan penglihatan sebagai indra primer, padahal sentuhan dan penciuman juga sama pentingnya dalam menyampaikan pesan-pesan bersifat intim. Jelas sekali, bahwa komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indra tadi untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepadanya. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapan pun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar dan televisi atau lewat teknologi komunikasi tercanggih sekalipun seperti telepon genggam, e-mail, atau telekonferensi yang membuat manusia merasa terasing.
c. Komunikasi kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, tetangga, kawan-kawan terdekat; kelompok diskusi; kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil tersebut (small-group communication). Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan juga komunikasi antarpribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
d. Komunikasi publik
Komunikasi publik (public communication) adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak), yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato, ceramah, atau kuliah (umum).
Komunikasi publik biasanya berlangsung lebih formal dan lebih sulit daripada komunikasi antarpribadi atau komunikasi kelompok, karena komunikasi publik menuntut persiapan pesan yang cermat, keberanian dan kemampuan menghadapi sejumlah besar orang. Daya tarik fisik pembicara bahkan sering merupakan faktor penting yang menentukan efektivitas pesan, selain keahlian dan kejujuran yang dimiliki pembicara. Tidak seperti komunikasi antarpribadi yang melibatkan pihak-pihak yang sama-sama aktif, satu pihak (pendengar) dalam komunikasi publik cenderung pasif. Umpan balik yang mereka berikan terbatas, terutama umpan balik bersifat verbal. Umpan balik nonverbal lebih jelas diberikan orang-orang yang duduk di jajaran depan, karena merekalah yang paling jelas terlihat. Sesekali pembicara menerima umpan balik bersifat serempak, seperti tertawa atau tepuk tangan. Ciri-ciri komunikasi publik adalah: terjadi di tempat umum (publik), misalnya di auditorium, kelas, tempat ibadah, atau tempat lainnya yang dihadiri sejumlah besar orang; merupakan peristiwa sosial yang biasanya telah direncanakan alih-alih peristiwa relatif informal yang ridak terstruktur; terdapat agenda; beberapa orang ditunjuk untuk menjalankan fungsi-fungsi khusus, seperti memperkenalkan pembicara, dan sebagainya; acara-acara lain mungkin direncanakan sebelum dan/atau sesudah ceramah disampaikan pembicara. Komunikasi publik sering bertujuan memberikan penerangan, menghibur, memberikan penghormatan, atau membujuk.
e. Komunikasi organisasi
Komunikasi organisasi (organizational communication) terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi seringkali melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, dan ada kalanya juga komunikasi publik. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi horisontal, sedangkan komunikasi informal tidak bergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi antarsejawat, juga termasuk gossip.
f. Komunikasi massa
Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik). Komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, dan komunikasi organisasi berlangsung juga dalam proses untuk mempersiapkan pesan yang disampaikan media massa ini.

Effendy, Onong Uchjana. 2000. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2002. Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

No comments:

Post a Comment

Mengatasi Info GTK yang tidak Valid

Salam edukasi, Pada kesempatan ini, saya ingin berbagi pengalaman dalam mengatasi permasalahan status validasi tunjangan profesi yang tidak ...